Rabu, 19 November 2008

Janji Bhakti AMS

JANJI BAKTI
DEMI NIKMAT MANFAAT
MERDEKA SEBENARNYA BAGI RAKYAT

Kami warga anggota Angkatan Muda Siliwangi dengan jujur dan sadar menyatakan janji kami untuk menjungjung tinggi azas tujuan dan panji semboyan Angkatan Muda Siliwangi serta menjalankan hak kewajiban kami selaku warga anggota dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesungguhan.
Semoga Allah Subhanahu wataala meridhoi
Perjuangan Kami

Apa itu AMS ?

AMS (Angkatan Muda Siliwangi)

1. Landasan Idiil
Landasan idiil AMS adalah Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Artinya bahwa dalam operasioanl organisasi AMS berangkat dari nilai Pancasila dan sekaligus mengarah ketujuan nilai Pancasila.

2. Landasan Konstitusional
Landasan Konstitusional AMS adalah UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

3. Landasan Historis
Landasan Historis AMS adalah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

4. Landasan Normatif

Landasan Normatif AMS adalah Silih Asih – Silih Asuh – Silih Asuh.

CATUR WATAK AMS

1. Leber Wawanen
Berani atau berkepribadian kuat yang dioperasionalisasikan antara lain dalam bentuk :
a. Berani berprakarsa dan sekaligus bertanggungjawab atas prakarsanya tersebut.
b. Berjiwa inovatif dan penuh kreatif
c. Berjiwa mantap, selaras dan seimbang
d. Segar, sehat, tangguh, tangkas dan berdaya tahan tinggi
e. Berdisiplin diri dan sosial
f. Suka berprestasi dan bekerja keras

2. Kukuh Kana Janji

Setia atau teguh pada janji yang dioperasionalisasikan antara lain dalam :
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Bermoral dan berkesadaran ideologi Pancasila
c. Berjiwa Undang-Undang Dasar 1945
d. Teguh dalam melaksanakan berbagai keputusan yang telah diambil bersama sebagai hasil musyawarah

3. Silih Wawangi
Cinta sesam, saling menghormati atau menghargai yang dioperasionalisasikan antara lain dalam bentuk :
a. Cinta keluarga, cinta sesama, cinta bangsa dan cinta pemimpin
b. Cinta budaya bangsa
c. Cinta persatuan dan kesatuan bangsa

4. Mendangkeun Kamulyaan
Gelar (menyebarkan atau membangkitkan) kemulian yang yang dioperasionalisasikan antara lain dalam :
a. Berbudi pekerti luhur, berprikemanusian dan berjiwa pengabdian
b. Demokratik, jujur, adil dan sederhana
c. Cerdas dan berilmu, kritis dan analitis, sintetik dan metodik
d. Objektif dan realistik


ATRIBUT/IDENTITAS ORGANISASI
1. Lambang Organisasi
a. Kepala Harimau (melambangkan maung siliwangi)
b. Sepasang kujang pusaka berlubang empat (melambangkan catur watak)
c. Tulisan Siliwangi AMS Pakusarakan


2. Lambang Pakusarakan
a. Hitam melambangkan Bumi
b. Merah melambangkan Darah
c. Kuning Melambangkan Matahari
d. Sedikit warna putih melambangkan Cai Kahuripan-kahuripan

3. Bendera/Panji Organisasi
a. Bentuk segi empat panjang dan tepat di tengah terpasang lambang organisasi
b. Warna Bendera
- Dasar Kuning untuk tingkat Pusat
- Dasar Merah untuk tingkat Distrik
- Dasar Hijau untuk tingkat Rayon

4. Yell Organisasi
Yell Organisasi AMS berbunyi “Paku-Sarakan” yang berarti “Pertahankan Tanah Air (Patriotisme)
Yell ini kali pertama dikumandangkan di sebuah kampung pegunungan bernama Pakusorok di wilayah Kabupaten Bandung bagian selatan, tanggal 21 November 1965.

Sejarah Berdirinya AMS Distrik Sukabumi


Sejarah AMS Kota Sukabumi


Setelah AMS resmi berdiri sebagai suatu lembaga, dengan memiliki kelengkapan formalitas suatu organisasi seperti Piagam pendiri AMS 10 Nopember 1966, AD/ART AMS dan Pedoman Perjuangan AMS yang disebut “Tri Dharma Perjuangan AMS” maka secara otomatis berdiri pula pada saat yang sama AMS Distrik Bandung, yang di ketuai oleh G. Gani Kusuma Subrata.
Sedangkan Distrik Pertama yang dibentuk melalui prosedur organisasi adalah AMS Distrik Sukabumi, yaitu hanya tiga bulan setelah penandatanganan piagam. Uniknya dari Distrik AMS Sukabumi ini adalah pembentukannya di prakarsai oleh M. Askar. S (Penanda tangan piagam pendiri dengan nomor urut 11) yang baru berusia 19 tahun dan masih menjadi siswa SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) di Tanjung Sari (Sumedang).
Lebih menarik lagi adalah bahwa yang dilantik menjadi Ketua Distrik Sukabumi ialah seorang wanita, yaitu Tati Hartati Emohardja (25 tahun).
Sejarah singkat AMS Distrik Sukabumi yang terekam dalam ingatan beberapa pendiri adalah :
M. Askar S. Putra Bupati KDH Tingkat II Sukabumi Kudi, mendapat tugas dari PP-AMS untuk membentuk AMS di Sukabumi

Dengan bantuan Duduh Hermansyah generasi muda yang berbasis di Desa Sukaraja Sukabumi pembentukan AMS ini dapat teralisasikan.

Pada Hari sabtu, tanggal 28 Februari 1967, pukul 19.00 Wib, di Rumah Makan Intisari Sukabumi, Distrik AMS Sukabumi resmi berdiri pengurusnya dilantik oleh PP-AMS memlalui Surat Keputusan yang pertama dikeluarkan PP-AMS dengan nomor : 001/TP/1967.

Pengurus Distrik AMS Sukabumi periode 1967-1969 yang merupakan periode pertama di ketuai oleh Tati Hartati Emohardja dan Sekretaris Kunkun.

Pengurus Pusat yang hadir pada pelantikan tersebut adalah : Tjetje Hidajat Padmadinata (Ketua Umum PP-AMS), Muh. Ganjar (Wakil Ketua Umum), Maman Abdurahman Samhudi (Bendahara), (Lonang) Samsudin Hardjakusumah (Biro Seni Budaya), (Acil) Darmawan Hardjakusumah (Biro Massa), dan Aan Rusnaedi (Biro Rohani)

Atas inisiatif Duduh Hermansyah, pada periode kepengurusan Tati Hartati, di bentuk sebuah yayasan yang bernama Yayasan Simpay Sutra Pameungkeut yang bergerak dibidang pendidikan dan kebudayaan. Kemudian yayasan tersebut diubah menjadi Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Siliwangi AMS (YPKS-AMS) dan pada tanggal 23 Juni 1969 berdirilah STM-AMS Sukabumi.

Sejarah Perdirinya AMS

SEJARAH SINGKAT AMS

Jajaka Keansantang (Unsur Cikal Bakal AMS)

Tanggal 10 Juni 1965 di rumah orang tua Muhjidin Wiranata Kusumah (Kang Ii), jalan Karangtinggal No. 25 Bandung berkumpul belasan pemuda dari latar belakang status sosial yang berbeda untuk bersilaturahmi. Mereka berupaya secara supranatural (karena upaya rasional sangat sulit) mengantisipasi situasi negara yang saat itu sangat tidak menentu. Betapa tidak, teror golongan komunis (PKI) mewarnai berbagai aspek kehidupan bangsa dan negara. Maka sejak saat itulah, acara yang bersuasana spritual ini berkembang menjadi acara rutin.

1. Nonoman Walangsungsang
Tanggal 16 September 1965, melalui “mediator supranatural” bernama Ahmad halim Wiranatakusumah (Lalam) tibalah uga kepada mereka. Uga yang melalui perantara bocaj berusia 14 tahun (adik bungsu Kang Ii) ini berisi : “Mereka dianjurkan menyatu dalam kesatuan dengan menyandang nama Nonoman Walangsungsang”. Nama ini diartikan sebagai tuturus Simpay Sutra Pameungkeut untuk mengilhami gerakan kebangkitkan cendikia yang diharapkan mampu membangunkan rasa dan wawasan fitrah kemanusian.
Uga ini sarat dengan norma (moral etika) agar mereka tidak suka bohong, gosip, sampai perilaku maksiat. Selain itu diisyaratkan tentang berbagai peristiwa yang bakal terjadi. Peristiwa yang diisyaratkan sejak dini adalah G-30 S/PKI. Kemudian perubahan struktural pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru. Munculnya perjuangan Kesatuan Aksi beserta peran yang harus mereka lakukan serta gambaran kemungkinan sampai tahun 2000-an.

2. Nonoman Walangsungsnag menjadi Jajaka Keansantang
Tanggal 5 November 1965 (tengah malam) uga menganjurkan mereka untuk mengubah nama Nonoman Walangsungsang menjadi Jajaka Keansantang. Uga menandaskan bahwa sebelum berjuang mereka harus memiliki pedoman hidup berupa komitmen untuk menegakkan kebenaran.
Tanggal 18 November 1965 atas isyarat Uga mereka menelusuri “tapak tilas” para leluhur Tatar Ukur dengan berjalan kaki. Arah yang ditempu adalah daerah pegunungan Bnadung Selatan, diantaranya ke sebuah Gunung yang terkenal terjal dan beribun bajra.
Tiga hari kemudian, empat puluh pemuda dari kelompok “silaturahmi” itu bernagkat dari Wangisagara, sebuah desa di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung dengan berjalan kaki selama satu hari penuh atas isyarat uga menuju kampung. Sebuah kampung yang tak pernah mereka kenal. Merka baru mengetahui setelah saat senja tiba. Itu pun karena petunjuk yang bernuansa “mistis” agar mereka berjalan kesebuah kayu berbntuk payung yang tampak samar dari kejauhan.
Di sana ternyata terdapat sebuah kampung dengan jumlah penduduk yang mudah dihitung. Kampung yang mereka datangi, menurut sesepuh di tempat itu bernama Pakusorok. Sedangkan pohon kayu yang menyerupai payung itu disebut Kai payung Nunggal atau sering pula disebut Kai Kancing. Konon menurut legenda setempat, di daerah inilah tempat tilem Dipati Ukur. Konon pula pada saat itu sambil menancapkan sebatang tongkat Dipati Ukur mengucapkan “Pakusorok” (Pageuhan Lemah Cai).

3. Pakusarakan
Pada tanggal 21 November 1965 itu, saat gelap malam menyelimuti, mereka mensucikan diri di sungai Cikahuripan. Mereka pun bersembahnyanglah dengan khusuk. Kemudian mereka beranjak menuju bukit di atas kampung Pakusorok tempat Kai payung Nunggal berdiri kokoh.
Melalui semak belukar yang tak pernah di jamah manusia, ke empat puluh pemuda yang berbaju kumuh berkeringat akhirnya tiba di puncak bukit itu. Dan di puncak itu dengan di payungi Kai payung Nunggal dan disaksikan “saksi dari segala saksi” membahanalah ikrar mereka, ikrar Pakusarakan, janji bakti menegakan kebenaran demi mempertahankan tanah air.

4. Motto Jajaka Keansantang
Jajaka Keansantang mempunyai motto “Shalat – Silat – Siliwangi”. Motto ini menggambarkan dimensi keberadaan manusia dalam tiga perannya. Melalui Shalat mereka pertahankan kualitas iman dan taqwa. Melalui Silat mereka menggambarkan nilai lebih manusia yang berakal budi sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan keberadaan manusia tidak terlepas dari sesama manusia untuk Silih Wawangi tersimpul dalam dimensi Siliwangi.
Waktu bergulir, silih berganti. Jajaka Keansantang semakin matang. Kendati absahan Jajaka Keansantang secara organisasi tidak ada namun dinamika dan aksentuasi kekeluargaan diantara meraka terus berlanjut. Acara yang ditekuni bervariasi : ceramah sejarah, politik, silat, seni cianjuran, ziarah rutin ke berbagai petilasan para leluhur.

KELAHIRAN AMS

Peristiwa penghianatan G-30 S/PKI merupakan awal kebangkitan Orde Baru. Peristiwa penculikan dan pembunuhan pimpina teras TNI-AD merupakn usaha golongan komunis (PKI) untuk merebut kekuasaan serta menghancurkan Pancasila dan UUD 1945.
Akibat meletusnya G-30 S/PKI, maka berbagai kekekuatan Pancasila terhimpun dalam berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa yang sejak tahun 60-an mendapat tekanan dari PKI dan berbagai ormasnya mendapat peluang untuk melawan PKI secara terbuka dan berjuang untuk meluruskan kembali kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dalam penumpasan G-30 S/PKI, terbina kerjasama antara pemuda, mahasiswa dan ABRI dalam berbagai gerakan yang dipelopori kesatuan-kesatuan aksi, yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan kesatuan aksi lainnya.
Ketika berbagi kesatuan aksi muncul ikut menumpas G-30 S/PKI, khusunya di Jawa Barat, pihak Kodam Siliwangi menganalis bahwa keberadaan kesatuan aksi ini hanya bersifat temporer, tidak akan bertahan lama. Hal ini disampaikan pimpinan Kodam Siliwangi kepada beberapa Jajaka Keansantang sembari menganjurkan agar para pemuda ini memikirkan pembentukan sebuah organisasi yang lebih berdaya tahan (permanen) dan lebih mengajar ke pedesaan dalam membela dan menegmabngkan Orde Baru.

1. Lahirnya Nama Angkatan Muda Siliwangi
Sekitar bulan Juni 1966, tujuh pemuda jajaka keansantang berkumpul di Jalan Karangtinggal No. 25 Bandung. Mendiskusikan analisis dan anjuran Kodam Siliwangi tersebut dengan diliputi rasa bingung dari mana harus memulainya. Mereka memang miskin pengalaman berorganisasi secara benar namun mereka mempunyai tekad kuat.
Mereka sepakat untuk memenuhi anjuran itu. Mereka mulai dari penamaan organisasi yang akan mereka bentuk. Mereka sepakat untuk tidak menggunakan nama Jajaka Keansantang sebab nama ini kurang cocok.
Dan sungguh aneh, tanpa direkayasa terlebih dahulu mereka pun sepakat menggunakan Siliwangi sebagai nama pokok organisasi. Proses diskusinya dapat dipaparkan sebagai berikut :
G. Gani Kusuma Subrata, mengusulkan nama Karyawan Muda Siliwangi. Tapi Muhjidin Wiranatakusumah mengingatkan bahwa jika nama itu disingkat akan menjadi “Karmus” padahal karmus adalah kakenya Acil Bimbo. Sehingga mereka sepakat tidak akan memakai nama usulan Gani ini.
Tjteje H. Patmadinata, menguslkan nama Generasi Muda Siliwangi. Namun ini pun tidak dapat diterima karena apa bila disingkat menjadi “GMS”. Sedangkan GMS telah ada yaitu Gerakan Mahasiswa Surabaya.
Ijan S. Kusumahdinata, mengusulkan nama Angkatan Muda Siliwangi di seingkat AMS. Sungguh hebat nama ini, tidak ada yang menolaknya sehingga mereka sepakat mengunakan nama Angkatan Muda Siliwangi bagi organisasi yang kelak mereka bentuk.

2. Penandatanganan Piagam AMS
Tanggal 10 November 1966, dua puluh enam pemuda menandtangani sebuah piagam untuk membentuk sebuah organisasi yang bernama Angkatan Muda Siliwangi.
Atas dasar tanggal (titi mangsa) pada Piagam AMS itulah maka disepakati bahwa lahirnya Angkatan Muda Siliwangi adalah tanggal 10 November 1966 yang pada saat itu bertepatan dengan hari Pahlawan 10 November 1966 dan peringatan Isra Miraj.
Ke-26 pemuda tesrebut mewakili ratusan pemuda jajaka keansantang yang pada saat itu berkumpul di komplek rumah Muhjidin Wiranatakusumah, jalan Karangtinggal No. 25 Bandung.
Adapun ke-26 pemuda tersebut adalah :
Padmadinata
Daman Hedarman Satiaputra
Djudju Sjariefhudin
Tatang Tarlanda Atmawiria
Muhjidin Wiranatakusumah
Djugalaningrat Subrata
Darmawan Hardjakusumah
Muhammad Ganjar
R.D. Ardibrata
U.S. Sulaeman
M. Askar S
Deddy Ruswandi
Galuraningrat Subrata
Achmad samsudin
Aan Roesnaedi
Rauf Wiranatakusumah
Akke Laksamana Suriahadinegara
Amar Ma’ruf
Tjatja Surjana
Marjono W.K
Alibasah Samhudi
Tato Sugiarta
Samsudin Hardjakusumah
Ijan. S Kusumahdinta
Hasanudin samsudin
Maman Abdurahman.

Selasa, 18 November 2008

WANGSIT SILIWANGI

WANGSIT SILIWANGI


Pun..! Geus dipaheutkeun ku Nu Natur di dituna, Yen kami kudu ngajagaan hiji mandala di du mangsa, yen kami baris nitis deui dina wanci nu dipasinikeun, yen kami kudu nyaksian turunna pulung ka Galunggung sabada nyaksian turunna pulung ka lebah Ciliwung ratusan tahun ka tukang
Subaya mangsa kiwari geus ninggang di ugana. Kiwari kami datang deui marengan nu datang make ngaran siliwangi, ngaran kami, ngaran bihari. Kami – ngaran, pancen jeung jiwa kami, hayang matuh dina sungsum balung atanjeun, hayang ngimah dina jiwa aranjeun.
Hayang nitipkeun ngaran kami – Siliwangi, ka anak incu kami. Jeung hayang supaya eta ngaran tetep dijaga saperti nu geus dijalankeun ku kami.
Kami datng deui dina ngaran, pancen jeung jiwa kami. Kana ngaran, pancen jeung jiwa aranjeun. Geura tampa ieu kami he urang Pajajaran Anyar.
Saetuna pancen kami, jiwa kami, nya eta : Nyumkemkeun acining asih ka lemah cai kuwening ati, nagabti jiwa raga ka Nagara ku balungbang rasa, jeung dimana engke simpay nagara pegat, kadagalante kadagalante harayang ngaraja dewek, geura gunakeun leungeun aranjeun binareng jeujeuhan.
Gupayan ku katresnan sugan nu ingkar daek eling daek mulang.
Jeung upama panggupay aranjeun teu dicumponan, kami nayho yen leungeun aranjeun bisa dikuah-kieuhkeun, bisa diusapkeun bisa dipeureupkeun!
Pun..! Geura pake ngaran kami – Siliwangi, ku aranjeun, tapi omat ! masing bisa nyubandanna, masing bisa ngajagana, masing bisa ngajiwa anana.
Saestuna ngaran kami the sarua jeung kami pribadi, boga suka jeung duka, seja jeung usaha. Tapi inget-inget! Sing saha anak-incu kami nu make ngaran kami kalwan maksud nu suci, maranehna meunang kapercayaan ti kami.
Sagala dukana baris ditungtungan ku sukana, sagala sejana baris diheueuhan ku Sanghiang Bener, sagala usahana baris ditungtungan ku buahna alaeunana, jeung alaeun anak-incuna.
Sabalikna, umpama aya anak incu kami nu make ngaran kami bari teu jeung wiwaha, boga seja jeung tekad nu nirca, atawa boga rasa ujub ku kaunggulan, kami seja narik kapercayaan kami. Sarta upama aya mamala datang, tanggung pribadina di Bale Balitungan.
Ngaran kami motong dibawa, naran kami motong dikotoran.
Cag. Sakie wangsit ti kami – Siliwangi. Geura bral, sing panjang natar lalakon, kasmaran picaritaeun.