Rabu, 19 November 2008

Sejarah Perdirinya AMS

SEJARAH SINGKAT AMS

Jajaka Keansantang (Unsur Cikal Bakal AMS)

Tanggal 10 Juni 1965 di rumah orang tua Muhjidin Wiranata Kusumah (Kang Ii), jalan Karangtinggal No. 25 Bandung berkumpul belasan pemuda dari latar belakang status sosial yang berbeda untuk bersilaturahmi. Mereka berupaya secara supranatural (karena upaya rasional sangat sulit) mengantisipasi situasi negara yang saat itu sangat tidak menentu. Betapa tidak, teror golongan komunis (PKI) mewarnai berbagai aspek kehidupan bangsa dan negara. Maka sejak saat itulah, acara yang bersuasana spritual ini berkembang menjadi acara rutin.

1. Nonoman Walangsungsang
Tanggal 16 September 1965, melalui “mediator supranatural” bernama Ahmad halim Wiranatakusumah (Lalam) tibalah uga kepada mereka. Uga yang melalui perantara bocaj berusia 14 tahun (adik bungsu Kang Ii) ini berisi : “Mereka dianjurkan menyatu dalam kesatuan dengan menyandang nama Nonoman Walangsungsang”. Nama ini diartikan sebagai tuturus Simpay Sutra Pameungkeut untuk mengilhami gerakan kebangkitkan cendikia yang diharapkan mampu membangunkan rasa dan wawasan fitrah kemanusian.
Uga ini sarat dengan norma (moral etika) agar mereka tidak suka bohong, gosip, sampai perilaku maksiat. Selain itu diisyaratkan tentang berbagai peristiwa yang bakal terjadi. Peristiwa yang diisyaratkan sejak dini adalah G-30 S/PKI. Kemudian perubahan struktural pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru. Munculnya perjuangan Kesatuan Aksi beserta peran yang harus mereka lakukan serta gambaran kemungkinan sampai tahun 2000-an.

2. Nonoman Walangsungsnag menjadi Jajaka Keansantang
Tanggal 5 November 1965 (tengah malam) uga menganjurkan mereka untuk mengubah nama Nonoman Walangsungsang menjadi Jajaka Keansantang. Uga menandaskan bahwa sebelum berjuang mereka harus memiliki pedoman hidup berupa komitmen untuk menegakkan kebenaran.
Tanggal 18 November 1965 atas isyarat Uga mereka menelusuri “tapak tilas” para leluhur Tatar Ukur dengan berjalan kaki. Arah yang ditempu adalah daerah pegunungan Bnadung Selatan, diantaranya ke sebuah Gunung yang terkenal terjal dan beribun bajra.
Tiga hari kemudian, empat puluh pemuda dari kelompok “silaturahmi” itu bernagkat dari Wangisagara, sebuah desa di Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung dengan berjalan kaki selama satu hari penuh atas isyarat uga menuju kampung. Sebuah kampung yang tak pernah mereka kenal. Merka baru mengetahui setelah saat senja tiba. Itu pun karena petunjuk yang bernuansa “mistis” agar mereka berjalan kesebuah kayu berbntuk payung yang tampak samar dari kejauhan.
Di sana ternyata terdapat sebuah kampung dengan jumlah penduduk yang mudah dihitung. Kampung yang mereka datangi, menurut sesepuh di tempat itu bernama Pakusorok. Sedangkan pohon kayu yang menyerupai payung itu disebut Kai payung Nunggal atau sering pula disebut Kai Kancing. Konon menurut legenda setempat, di daerah inilah tempat tilem Dipati Ukur. Konon pula pada saat itu sambil menancapkan sebatang tongkat Dipati Ukur mengucapkan “Pakusorok” (Pageuhan Lemah Cai).

3. Pakusarakan
Pada tanggal 21 November 1965 itu, saat gelap malam menyelimuti, mereka mensucikan diri di sungai Cikahuripan. Mereka pun bersembahnyanglah dengan khusuk. Kemudian mereka beranjak menuju bukit di atas kampung Pakusorok tempat Kai payung Nunggal berdiri kokoh.
Melalui semak belukar yang tak pernah di jamah manusia, ke empat puluh pemuda yang berbaju kumuh berkeringat akhirnya tiba di puncak bukit itu. Dan di puncak itu dengan di payungi Kai payung Nunggal dan disaksikan “saksi dari segala saksi” membahanalah ikrar mereka, ikrar Pakusarakan, janji bakti menegakan kebenaran demi mempertahankan tanah air.

4. Motto Jajaka Keansantang
Jajaka Keansantang mempunyai motto “Shalat – Silat – Siliwangi”. Motto ini menggambarkan dimensi keberadaan manusia dalam tiga perannya. Melalui Shalat mereka pertahankan kualitas iman dan taqwa. Melalui Silat mereka menggambarkan nilai lebih manusia yang berakal budi sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan keberadaan manusia tidak terlepas dari sesama manusia untuk Silih Wawangi tersimpul dalam dimensi Siliwangi.
Waktu bergulir, silih berganti. Jajaka Keansantang semakin matang. Kendati absahan Jajaka Keansantang secara organisasi tidak ada namun dinamika dan aksentuasi kekeluargaan diantara meraka terus berlanjut. Acara yang ditekuni bervariasi : ceramah sejarah, politik, silat, seni cianjuran, ziarah rutin ke berbagai petilasan para leluhur.

KELAHIRAN AMS

Peristiwa penghianatan G-30 S/PKI merupakan awal kebangkitan Orde Baru. Peristiwa penculikan dan pembunuhan pimpina teras TNI-AD merupakn usaha golongan komunis (PKI) untuk merebut kekuasaan serta menghancurkan Pancasila dan UUD 1945.
Akibat meletusnya G-30 S/PKI, maka berbagai kekekuatan Pancasila terhimpun dalam berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa yang sejak tahun 60-an mendapat tekanan dari PKI dan berbagai ormasnya mendapat peluang untuk melawan PKI secara terbuka dan berjuang untuk meluruskan kembali kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dalam penumpasan G-30 S/PKI, terbina kerjasama antara pemuda, mahasiswa dan ABRI dalam berbagai gerakan yang dipelopori kesatuan-kesatuan aksi, yaitu Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) dan kesatuan aksi lainnya.
Ketika berbagi kesatuan aksi muncul ikut menumpas G-30 S/PKI, khusunya di Jawa Barat, pihak Kodam Siliwangi menganalis bahwa keberadaan kesatuan aksi ini hanya bersifat temporer, tidak akan bertahan lama. Hal ini disampaikan pimpinan Kodam Siliwangi kepada beberapa Jajaka Keansantang sembari menganjurkan agar para pemuda ini memikirkan pembentukan sebuah organisasi yang lebih berdaya tahan (permanen) dan lebih mengajar ke pedesaan dalam membela dan menegmabngkan Orde Baru.

1. Lahirnya Nama Angkatan Muda Siliwangi
Sekitar bulan Juni 1966, tujuh pemuda jajaka keansantang berkumpul di Jalan Karangtinggal No. 25 Bandung. Mendiskusikan analisis dan anjuran Kodam Siliwangi tersebut dengan diliputi rasa bingung dari mana harus memulainya. Mereka memang miskin pengalaman berorganisasi secara benar namun mereka mempunyai tekad kuat.
Mereka sepakat untuk memenuhi anjuran itu. Mereka mulai dari penamaan organisasi yang akan mereka bentuk. Mereka sepakat untuk tidak menggunakan nama Jajaka Keansantang sebab nama ini kurang cocok.
Dan sungguh aneh, tanpa direkayasa terlebih dahulu mereka pun sepakat menggunakan Siliwangi sebagai nama pokok organisasi. Proses diskusinya dapat dipaparkan sebagai berikut :
G. Gani Kusuma Subrata, mengusulkan nama Karyawan Muda Siliwangi. Tapi Muhjidin Wiranatakusumah mengingatkan bahwa jika nama itu disingkat akan menjadi “Karmus” padahal karmus adalah kakenya Acil Bimbo. Sehingga mereka sepakat tidak akan memakai nama usulan Gani ini.
Tjteje H. Patmadinata, menguslkan nama Generasi Muda Siliwangi. Namun ini pun tidak dapat diterima karena apa bila disingkat menjadi “GMS”. Sedangkan GMS telah ada yaitu Gerakan Mahasiswa Surabaya.
Ijan S. Kusumahdinata, mengusulkan nama Angkatan Muda Siliwangi di seingkat AMS. Sungguh hebat nama ini, tidak ada yang menolaknya sehingga mereka sepakat mengunakan nama Angkatan Muda Siliwangi bagi organisasi yang kelak mereka bentuk.

2. Penandatanganan Piagam AMS
Tanggal 10 November 1966, dua puluh enam pemuda menandtangani sebuah piagam untuk membentuk sebuah organisasi yang bernama Angkatan Muda Siliwangi.
Atas dasar tanggal (titi mangsa) pada Piagam AMS itulah maka disepakati bahwa lahirnya Angkatan Muda Siliwangi adalah tanggal 10 November 1966 yang pada saat itu bertepatan dengan hari Pahlawan 10 November 1966 dan peringatan Isra Miraj.
Ke-26 pemuda tesrebut mewakili ratusan pemuda jajaka keansantang yang pada saat itu berkumpul di komplek rumah Muhjidin Wiranatakusumah, jalan Karangtinggal No. 25 Bandung.
Adapun ke-26 pemuda tersebut adalah :
Padmadinata
Daman Hedarman Satiaputra
Djudju Sjariefhudin
Tatang Tarlanda Atmawiria
Muhjidin Wiranatakusumah
Djugalaningrat Subrata
Darmawan Hardjakusumah
Muhammad Ganjar
R.D. Ardibrata
U.S. Sulaeman
M. Askar S
Deddy Ruswandi
Galuraningrat Subrata
Achmad samsudin
Aan Roesnaedi
Rauf Wiranatakusumah
Akke Laksamana Suriahadinegara
Amar Ma’ruf
Tjatja Surjana
Marjono W.K
Alibasah Samhudi
Tato Sugiarta
Samsudin Hardjakusumah
Ijan. S Kusumahdinta
Hasanudin samsudin
Maman Abdurahman.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Pakusarakan !

Terbitken Peraturan-Peraturan Organisasi AMS ( PO AMS ) Supados Rakyat AMS uninga sareng paham ,
hatur nuhun.